SUMENEP, harianmadura.com – Di tengah pesatnya perkembangan teknologi informasi dan prakiraan cuaca modern, masyarakat Desa Bakeong, Kecamatan Guluk-Guluk, Kabupaten Sumenep, Madura, tetap mempertahankan kearifan lokal dalam membaca tanda-tanda alam.
Salah satu tradisi yang masih dijaga adalah memperhatikan pohon nangger, tumbuhan yang sejak lama dipercaya sebagai penanda alami datangnya musim hujan maupun kemarau.
Jamal (75), warga setempat, mengatakan bahwa pohon nangger telah diwariskan turun-temurun sebagai petunjuk musim yang dinilai lebih akurat daripada prakiraan cuaca resmi.
“Kalau daunnya mengelupas dan mulai rontok, itu pertanda musim kemarau akan datang. Tapi kalau daun-daunnya mulai tumbuh lagi, itu tandanya musim hujan mulai masuk,” ujarnya baru-baru ini.
Tak hanya Jamal, Tija, warga lainnya, juga mengatakan, kebiasaan membaca tanda-tanda dari pohon nangger ini sudah dilakukan secara turun-temurun oleh warga kampung Napote-sabutan lain masyarakat setempat.
“Sejak dulu, sebelum ada informasi dari luar, warga sudah terbiasa memperhatikan pohon ini untuk menentukan musim,” katanya.
Sementara itu, Busadin, warga lainnya, mengungkapkan, bagi masyarakat setempat, pohon nangger bahkan lebih dipercaya dibandingkan ramalan cuaca dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
“Kami tidak perlu menunggu informasi dari BMKG. Cukup lihat pohon nagger, kami sudah tahu musim akan berganti,” ungkapnya.
Pohon nangger bukan hanya tumbuhan biasa bagi warga Bakeong. Tapi juga bagian dari budaya dan cara hidup yang menyatu dengan alam.
Kepercayaan tersebut menjadi cermin, tradisi lokal tetap memiliki tempat penting dalam kehidupan masyarakat, bahkan di era modern seperti sekarang. (c1/aly)